Hikayat Selembar Kertas Kosong

Usang, kosong, lusuh. Setengah hancur, aku terpisah dari kawanan sejak beberapa minggu yang lalu. Tak ada yang bisa aku lakukan selain tergeletak pasrah di antara tumpukan buku-buku tebal menyebalkan. Sebagian tubuhku tertimpa bejana tua berisi ampas kopi. Mungkin dia lupa atau malas menyimpanku pada tempat seharusnya.

Hari ini Rabu dini hari. Aku menatapnya sedang sibuk menghisap rokoknya. Tak lama kemudian, dia menarikku dan disodorkannya tubuhku keluar dari kamar kecilnya lewat sela-sela teralis jendela. Aku dipilih karena mungkin hanya tubuhku yang masih kosong diantara yang lainnya.
Dia menyuruhku untuk merekam dan menyimpan sedikit temaram malam ini.

Bintang ramai bercakap-cakap
Serangga kecil asyik bernyanyi
Tak ada rintik hujan yang turun malu-malu seperti beberapa bulan yang lalu
Malam ini cerah, amat cerah.

Aku kembali diletakkan ke atas meja. Dia menatapku sejenak. Sebatang rokok di tangan kirinya telah habis terbakar. Diambilnya sebuah pena dan digoreskan pada tubuhku. Dia menuliskan tentang hal yang membuatnya setengah gila, tentang apa penyebab rindu, tentang apa yang disebut cinta. Mungkin hanya tubuhku yang tertuliskan kata cinta diantara yang lainnya. Tak seperti biasanya dia menulis tentang cinta.

Dia mencurahkan semuanya kepadaku.
“Dari mana sejagat rasa ini lahir?”

Tumbuh walau tak berakar
Terbang sekalipun tak bersayap

Logika tak kuasa bersuara
Dialektika seakan percuma sahaja
Semua rumit ketika bersentuhan dengan cinta.

Karena dia paham, apa yang ada padaku akan hidup selamanya. Apa yang ada padaku tak akan pernah habis terkikis waktu. Berangkat dari itu, seketika tubuhku dibanjiri barisan aksara, aksara, demi aksara yang berbaris membentuk kata dan kata. Disuruhnya aku untuk menyampaikan betapa damainya malam ini untukmu.

“Akulah yang mencintaimu tanpa alasan, dan setia menanti jawaban tanpa ada bosan”

Lihat aku, lihatlah aku.
Sementara..
Biarlah hatimu membisu sejenak dalam sunyinya waktu.

Lihat aku, inilah aku,

sepucuk kertas pembawa temaram rindu dari tuanku untukmu.

Tinggalkan komentar